Kamis, 18 Februari 2010

Gelatin Kulit Kelinci

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Selama ini, limbah kulit kelinci potensinya belum secara optimal tergali. Kulit kelinci mempunyai ukuran luas minimal panjang 20 cm dan dan lebar dapat mencapai 13 cm. Kulit kelinci adalah suatu bagian dari tubuh kelinci yang potensi untuk diolah, yang terdiri atas komponen kulit, bulu , otot, dan kolagen sehingga perlu diberikan sentuhan teknologi untuk diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Selama ini, kulit kelinci baru dimanfaatkan sebagai kulit samak bulu dan krupuk rambak . Nilai tambah dari kedua produk tersebut masih rendah. Salah satu komponen kulit kelinci yang berpotensi untuk dikembangkan adalah kulit kelinci itu sendiri mengingat memiliki komposisi kimia yang mendukung seperti kadar air 65,9%; protein 22,98%; lemak 5,6%; abu 3,49%; dan bahanbahan lain 2,03% (Purnomo, 1992). Tingginya kandungan protein pada kulit kelinci khususnya protein kolagen (Brown et al., 1997), membuka peluang untuk diekstraksi agar dihasilkan produk gelatin. Nilai tambah dari produk gelatin cukup tinggi mengingat selama ini Indonesia mengimpor gelatin ribuan ton per tahun dengan harga jual di pasar dalam negeri berkisar antara Rp 60.000 hingga Rp 70.000 setiap kilogramnya.
Gelatin merupakan produk yang diperoleh dari hasil hidrolisis kolagen (protein utama kulit ternak) sedangkan kolagen diperoleh dari ekstraksi kulit ternak segar. Pemanfaatan gelatin sangat luas seperti sebagai bahan kosmetik dan produk farmasi serta bahan baku makanan (es krim, permen karet, pengental, dan mayonaise), bahan film, material medis, dan bahan baku kultur jasad renik (Apriyantono, 2003).
Permasalahan tentang pemanfaatan kulit kelinci sebagai bahan dasar gelatin ini adalah belum ditemukan teknik ekstraksi kolagen untuk menghasilkan gelatin secara optimal. Radiman (1979) melakukan penelitian tentang teknik ektraksi secara konvensional, yaitu dengan memvariasikan temperatur. Dengan metode Radiman ini, dipastikan diperoleh gelatin dengan kadungan lemak yang cukup tinggi dan cepat tengik selama penyimpanan. Sementara itu, Miller et al. (1983) telah berhasil mengekstraksi kolagen, yaitu dengan melakukan pemisahan kolagen menggunakan kloroform dan metanol (1:1). Kelebihan metode Miller ini, yakni adanya upaya untuk meminimalkan kandungan lemak yang terdapat pada gelatin dengan terlebih dahulu mengikat lemak dari kulit kaki ayam sebelum dilakukan ekstraksi. Akan tetapi, kelemahan metode ini diduga proses ekstraksi akan berjalan lambat.
Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pemisahan kolagen dari kulit kelinci dengan menggunakan metode ekstraksi dengan memodifikasi kedua metode tersebut. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penelitian ini sangat penting dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan metode yang paling efektif dan efisien dalam memproduksi gelatin serta merupakan upaya diversifikasi hasil olahan limbah kulit kelinci .Indikator untuk menguji kualitas gelatin yang dihasilkan meliputi uji kadar air dan kadar lemak. Kemudian dari hasil penelitian pertama kualitas gelatin yang baik dipilih untuk membuat permen jelly .
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian adalah : Apakah ada pengaruh kualitas gelatin yang dihasilkan dari tiga metode ekstraksi.

1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
- Mengetahui kadar air gelatin dari kulit kelinci.
- Menganalisis kadar lemak dengan titrasi asam basa.
- mengetahui kadar protein dengan mengunakan metode mikro kjeldahl.

1.4. Sasaran
Penilitian ini diharapkan dapat memberikan informasi awal tentang kesesuaian sifat kimia dan proksimat gelatin hasil ekstraksi dari kulit kelinci sebagai bahan gelatin.

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. yahhhhh kg lucu blog nya mas hehheheehhe

    BalasHapus
  3. saya juga sedang meneliti tentang "pengaruh pemberian konsentrasi Glatin kulit kelinci Terhadap abu Dan uji Organoleptik yougurth

    BalasHapus